Tragedi kabut asap kebakaran lahan dan bentangan hutan (KLBH) yang telah berlangsung selama lebih kurang empat bulan, tidak hanya menimbulkan kerugian material kurang-lebih senilai Rp.200T bagi negeri sendiri dan negara tetangga. Bahkan juga menimbulkan kerugian non material termasuk nilai instrinsik nyawa bayi dan orangtua yang terpupus lewat sakit ISPA akibat terpacu oleh asap dan jelaga halus ikutannya. Selaku anak negeri, setiap kita tidak perlu malu mengakui kekeliruan dan harus belajar dari kesalahan kita.
Sebagai sumber masalah, kabut asap memang nyatanya terkait dengan ribuan titik api yang awalnya bermunculan di lahan basah yang mengalami kekeringan. Ini demikian, terutama pada kategori lahan ‘bergambut’ dan lahan gambut sebelum api menular ke bentangan ‘hutan’ lahan kering. Bisa saja awalnya hanya satu atau dua titik api. Tetapi ibarat kata ‘bak api dalam sekam’, setelah menukik ke arah bawah api pun akan menjalar ke sana-kemari dan dengan cepat menimbulkan puluhan dan bahkan ratusan titik-titik api yang tersebar di kawasan lahan gambut. Asap pun menyebar kemana-mana.
Demikian sepenggal pengantar makalah yang disampaikan oleh Prof. Fachrurrozie Sjarkowi, Ph.D dari Universitas Sriwijaya Palembang yang didampingi oleh Yayasan Malaya, pada sesi paparan di hadapan Menkopolhukam Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan hari Selasa sore, 24 November 2015 di Gedung Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, terkait solusi penanganan kebakaran lahan dan bentangan hutan (KLBH).
Pemaparan penanganan kebakaran hutan secara komprehensif dan menyeluruh ini merupakan proses tindak lanjut dari sejumlah program dan kegiatan sebelumnya yang sudah dijalin antara Universitas Sriwijaya dengan Menkopolhukam dan Yayasan Malaya sebagai relawan dan pelaksana lapangan.
Tim dari Unsri yang hadir diwakili oleh Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE, Prof. Dr. Ir. H. Fachrurozi Syarkowi, M.Sc, Prof. Ir. Zainuddin Nawawi, PhD dan Prof. Dr. Zulkifli Dahlan, DEA dan dari Yayasan Malaya diwakili oleh Ketua Yayasan Husni Tamrin, S.H., M.Hum. dan Bram Martian, M.Si.
Prof. Fachrurozie Sjarkowi yang juga menjabat sebagai Ketua DRD (Dewan Riset Daerah) Sumsel ini memaparkan bahwa ada tujuh strategi penanganan permanen masalah asap yang bergerak melalui pendekatan holistik, terpadu, sistemik dan mengoptimalkan persan serta SDM pemanfaat aset negara sesuai amanat UUD 45 serta segenap peraturan perundangan pusat dan daerah yang sudah ada.
Yakinlah bahwa pada peristiwa asap ini, kita ditantang untuk tidak lagi mensia-siakan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai basis kesejahteraan hidup kita dan untuk generasi penerus kita nantinya. Dan yakinlah bahwa melalui tragedi bencana asap ini, kita sedang ‘dicambuk’ TuhanYME agar menangkap peluang kerjasama strategis kebangsaan sehingga bangsa ini bermartabat dan lebih sejahtera.***tdb/malaya.or.id
Wallahu a’lam
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Dalam penanggulangan kebakaran lahan ini. Salah satu metodenya adalah dg melibatkan masyarakat dalam pengelolaan lahan gambut. Dengan mengelola lahan itu maka rakyat akan menjadi penjaga dari lahan lahan mereka sehingga bila terjadi kebakaran lahan bisa segera di tanggulangi selain iti pengelolaan inj dpt meningkatkan ekonomi rakyat juga
orang dewasa yang ajar / galakkan budak2 main mercuntime raya, musim balik kampung, abang2 dan kakak2 pakcik makcik yang balik dari perantauan, siap bawa balik mercun berbagai gaya, beri kat adik2 di kampung[mereka tak sayang duit + jari adik2]…payah nak buang tabiat niVA:F [1.9.22_1171]please wait…VA:F [1.9.22_1171](from 0 votes)