Setelah melalui persiapan yang cukup panjang, akhirnya makam Pangeran Kramajaya, menantu Sultan Mahmud Badaruddin II, berhasil digali dan ditemukan kembali, setelah beberapa lama menghilang dan tertimbun oleh tanah. Kegiatan penggalian makam yang terletak di kawasan Jalan Segaran Lorong Gubah 15 Ilir Palembang ini dimulai Jumat, 27 Juli 2018. Rencanya, setelah dilakukan penggalian dan pembersihan, akan dirapikan seluruh makam yang ada, dan akan dikembalikan seperti sediakala, agar para peziarah lebih mudah untuk ziarah ke makam Pangeran Kramajaya.
Berikut dokumentasi penggalian kembali makam Pangeran Kramajaya di 15 Ilir, Segaran yang bersumber dari akun facebook RM Fadli Rahman.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Menurut catatan sejarah, Pangeran Kramajaya ini adalah penguasa Kesultanan Palembang terakhir setelah Sultan Mahmud Badaruddin II diasingkan ke Ternate. Sebelum diasingkan, Sultan Mahmud Badaruddin II memanggil 4 pangeran yang diminta untuk tetap mempertahankan Kesultanan Palembang. Yakni, Pangeran Kramajaya (Palembang) Pangeran Syawaluddin (Baturaja), Pangeran Abdurrahman (Tebing Tinggi-Lahat) dan Pangeran Cik Hasan (Sekayu).
Berikut silsilah Pangeran Kramajaya:
Pangeran Kramajaya Raden Abdul Azim ibn Pangeran Natadiradja Raden Muhammad Hanafia ibn Pangeran Wiro Menggalo Raden Muhammad Kosim ibn Pangeran Natadiradja Lumbuk ibn Pangeran Purbayo Raden Abu Bakar ibn Sultan Muhammad Mansyur Jayo ing Lago ibn Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminim Syaidul Imam.
Ia dilahirkan di Palembang, hari Kamis, bulan Ramadhan 1207H atau 1792 M, pukul 10 pagi. Selain mendapatkan pendidikan utama dari ayahnya sendiri, ia juga mendapat didikan di lingkungan keraton dan belajar kepada para ulama besar Palembang pada waktu itu, serta menuntut ilmu-ilmu agama, ilmu siasah, ilmu perang, pencak silat. Ia juga mengamalkan Tarekat Sammaniyah dan Tarekat Rifa’iyah.
Selaku priayi dan bangsawan Palembang, Pangeran Kramojaya pernah menduduki beberapa jabatan penting di Kesultanan Palembang Darusallam, diantaranya sebagai Komandan Buluwarti Timur di Benteng Kuto Besak dalam perang Menteng (1819), Komandan Benteng Tambakbaya di muara Sungai Komering Plaju dengan senjata pusaka yang paling ampuh yaitu “Meriam Sri Palembang”, Panglima Perang Kesultanan Palembang, Duta utusan SMB ll, Perdana Menteri Kesultanan Palembang (1823-1825), Regent Rijksbestuurder/Pepatih (1825-1851).
Pangeran Kramojaya menikah dengan putri SMB ll yang bernama R.A Kramo Jayo Khotimah dan dari pernikahan ini dikaruniai 7 putra-putri:
- R.A. Azimah
- R.A. Syaikho
- R.A. Zakiah
- Pangeran Nata Diraja Abdul Hafiz
- Pangeran Wira Menggala Abdur Roqib
- R.A. Fatimah
- R.A. Zubaidah
Sedang dari isterinya yang lain, ia memperoleh sekitar 18 orang anak lagi.
Pada tanggal 29 Syawal 1267H atau bulan Agustus 1851, malam Rabu, Pangeran Kramajaya ditangkap karena tetap menentang kepada kolonial Belanda. Beliau diasingkan ke Purbolinggo-Banyumas, Jawa Timur dengan menumpang kapal asap waktu itu. Setelah 10 tahun kemudian, tepatnya 5 Mei 1862, ia wafat dalam usia 70 tahun. Kemudian jenazahnya dipindahkan ke Palembang, di kampung 15 Ilir, Segaran.
Wallahu a’lam
Alhamdlah. Semoga selanjutnya bisa dirawat dg baik
Suatu perjuangan,menggali di tanah yg
sudah diklaim orang,permukaan tanah rata hampir setengah Ha luas nya,tak ada tanda2 bahwa di 1 meter kedalam Alhamdulillah dg izin Allah di ketemukan batu nisan,sbg pelipur atas kegundahan hati ini…
Alhamdulillah…satu demi satu terbuka lah tabir,setelah hampir 10 tahun,makam tsb hilang..