Mandala merupakan suatu sistem yang terdapat di kawasan Asia Tenggara pada zaman awal, sehingga gambarannya di dalam peta mengenai perbatasan menjadi selalu tumpang tindih.

Menurut O.W.Wolters (History, Culture, and Region in Southeast Asian Perspective):

Karena setiap mandala (lingkaran raja), seorang raja, yang dicirikan sebagai wakil dewa/pembawa wahyu Tuhan dan mempunyai kekuasaan universal, mengklaim hegemoni pribadinya atas penguasa-penguasa lain dalam mandalanya yang mana dalam teorinya adalah pengikut setianya dan vazalnya.

Dalam prakteknya, mandala (berasal dari kata Sanskrit, yang dipergunakan dalam istilah pemerintah di India) menampilkan satu bentuk politik khusus yang tidak selalu dalam keadaan mantap di wilayah geografis yang tidak jelas (samar) tanpa perbatasan yang tetap dan dimana pusat-pusat yang kecil cenderung mencari segala arah untuk keamanan/kesejahteraan. Mandala akan berkembang dan mengecil bagaikan alat musik akordeon yang sedang dipermainkan.

Oleh karena itu, mandala hanyalah dapat dipertahankan atau diperluas oleh raja yang mempunyai political intellegence dan diplomasi. Dengan demikian batas wilayahnya atau mandala pengaruhnya pada zaman prasejarah hingga zaman madya tidak dapat kita pastikan, termasuklah juga wilayah Palembang.

Kesultanan Palembang Darussalam secara struktural membagi wilayahnya atas beberapa bagian.

Kepungutan, yang berarti “dipungut” (dilindungi), merupakan daerah yang langsung diperintah oleh Sultan. Mereka ini dikenakan segala pajak.

Di perbatasan wilayah Kepungutan terletak wilayah Sindang, yang merupakan wilayah paling ujung atau pinggir. Tugas Sindang adalah menjaga batas-batas kerajaan. Penduduknya tidak membayar pajak dan beban-beban lain dari Kesultanan Palembang.
Mereka dianggap orang merdeka dan teman dari Sultan, hanya punya suatu ‘kewajiban’ yang lebih bersifat adat yaitu seba setidaknya 3 tahun sekali ke Palembang.

Di antara kedua wilayah tersebut, terdapat pula wilayah Sikap, dimana dusun atau kumpulan dusun yang dilepaskan dari Marga, yang dibawahi langsung oleh Pamong Sultan, yaitu Jenang dan Raban.

Dusun-dusun ini terletak di muara-muara sungai yang strategis, mempunyai tugsa-tugas khusus bagi Sultan, umpamanya tukang kayuh perahu Sultan, tukang kayu keraton, tukang pembawa air, prajurit dan berbagai macam keahlian lainnya. Tugas yang dilakukan mereka disebut sebagai gawe raja.

Wallahua’lam

(Visited 27 times, 1 visits today)
Mandala Palembang
Tagged on: